• Home
  • About Me
  • Contact
  • Portfolio
  • Journal
  • Review

Awalnya aku tidak tertarik dengan komik Amerika. Sama sekali tidak tertarik. Mengetahui gaya bercerita komik Amerika yang selalu menonjolkan kisah heroik para Superhero itu rasanya sudah basi. Belum lagi melihat atraksi mereka berkeliling kota dengan mengenakan kostum. Kostum yang dikenakan itu terasa konyol. Komik sehari-hari ala Jepang lebih menarik dibandingkan komik Amerika.

Di awal tahun 2000, film yang diadaptasi dari komik mulai bermunculan satu demi satu. Walau demikian aku tetap menganggap komik Amerika hanyalah lelucon, tidak layak untuk dibaca. Hanya membuang uang dan waktu.

Lalu muncul sebuah film The Dark Knight yang disutradarai oleh Christopher Nolan.

Di masa itu aku belum begitu mengenal nama Christopher Nolan. Nama yang sering muncul sebagai sutradara yang baik adalah Stephen Spielberg, James Cameron, Tim Burton, Riddley Scott dan Guy Ritchie. Hebohnya berita kematian Heath Ledger yang memerankan tokoh Joker membuatku mulai bertanya-tanya, ada apa dengan film ini?

Aku pun menonton film The Dark Knight bersama teman-teman di bioskop. Itulah awal yang menjadikan aku begitu terkesan dengan tokoh, Batman. The Dark Knight.

Tidak seperti kebanyakan tokoh Superhero, Batman tidak memiliki kekuatan super. Aksi Batman seperti halnya seorang militer yang terus melatih dirinya agar ia mampu bertempur melawan kejahatan dengan mengatur strategi perang dan keahlian bela diri. Kekayaan hasil waris orangtuanya membuat ia sanggup memperlengkapi pertempuran itu dengan berbagai peralatan canggih berteknologi tinggi.

Gotham adalah kota kelahiran Bruce Wayne. Sebuah kota dimana ia menyaksikan sendiri bagaimana kedua orangtuanya mati terbunuh lalu penjahat itu pergi melarikan diri. Peristiwa tragis inilah yang membuatnya bersumpah untuk memberantas kejahatan walau ia sadar akan menghadapi tantangan yang sangat berat, bahkan mengancam nyawanya. Bruce Wayne melihat sendiri bagaimana kebiasaan orang-orang di kota itu yang sudah “biasa” melakukan kekerasan.

Masyarakat kota Gotham adalah sekumpulan orang yang sudah kehilangan harapan. Mereka sudah lama melupakan moral dan etika. Lebih suka mencari keuntungan mereka sendiri tanpa peduli akan kepentingan orang lain. Berbagai aksi kekerasan dan tindakan korupsi yang dilakukan oleh Pemerintah dan Aparat Negara (yang semestinya menegakkan hukum) semakin menambah kelam kota itu. Tidak adanya tindakan penegakan hukum membuat para penjahat satu per satu muncul ke permukaan.

Tidak seperti kebanyakan komik Amerika bertema Superhero yang penuh dengan tokoh-tokoh berkekuatan super, baik jagoan ataupun penjahatnya, komik Batman tidaklah demikian. Batman tidak memiliki kekuatan super, begitu juga dengan para penjahat yang terdiri dari kumpulan kriminal yang bertindak semaunya. Tidak sedikit dari mereka memiliki gangguan mental akibat kotornya kota Gotham.

Walau Gotham terlihat sebagai kota yang sudah kehilangan harapan, Bruce Wayne terus bertekad bahkan bersumpah untuk terus menegakkan keadilan, apapun yang terjadi. Nama Wayne menjadi alasan bahwa dialah penerus mimpi kedua orangtuanya. Ayahnya bahkan generasi sebelum ayahnya, keluarga Wayne adalah keluarga terhormat yang telah lama membangun sebuah korporasi yang bertujuan untuk menjaga kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat kota Gotham. Impian besar keluarga Wayne inilah yang selalu dikenang oleh Bruce Wayne sehingga ia terus berjuang menegakkan keadilan di kota Gotham.

Batman tidak bekerja sendiri, ia selalu dibantu oleh Alfred Pennyworth. Seorang partner yang selalu setia menjadi “mata” dan “penggerak” mesin tempur Batman, yang terus bekerja di belakang layar. Tidak hanya Alfred, Batman bekerjasama dengan Jim Gordon, seorang kepala kepolisian, GCPD.

Mereka bekerja sama menciptakan ketertiban dan keamaan kota Gotham. Sebuah kota yang sudah hancur berantakan mulai dari kalangan bawah hingga ke kalangan atas.

Kehadiran Batman yang bekerja sama dengan Jim Gordon bisa dibilang sudah terlambat, Gotham sudah terlanjur hancur berantakan. Orang-orang di kota itu sudah terbiasa melakukan apapun sekehendak hati mereka. Para penjahat sudah membangun kerajaan di teritorial mereka masing-masing.

Mereka, para penjahat adalah sekumpulan orang yang melihat tidak ada yang bisa mengendalikan tingkat kriminalitas di kota Gotham. Satu per satu berdiri organisasi-organisasi (lebih tepatnya, gangster) yang berambisi membangun kerajaan demi mendapatkan kekuasaan seperti Penguin, League of Shadows, Riddler, Scarecrow, Bane dan yang paling terkenal, Joker.

Masyarakat kota Gotham adalah masyarakat yang jenuh akan ketidak-adilan sehingga mereka bersikap sekehendak hati mereka. Tindakan ekstrim dari rasa jenuh itu melahirkan para penjahat. “Semua orang sama jahatnya, kenapa tidak sekalian saja berbuat jahat yang bisa menghasilkan banyak uang dan memiliki kekuasaan?” begitulah pernyataan yang sering diucapkan Penguin, Oswald Cobblepot. Seorang pengusaha besar yang terlahir cacat yang mengalami berbagai pengalaman pahit di kota Gotham. Kepahitan itulah yang membuat ia selalu berambisi untuk mendapatkan kuasa yang bisa menekan (oppress) hak orang lain.

Berbeda dengan Penguin, Joker adalah seorang penjahat berotak cemerlang dengan gangguan mental, dimana dia tidak pernah tertarik dengan uang dan kekuasaan. Joker hanya menginginkan kekacauan. Joker menginginkan anarki, setiap orang berhak melakukan apapun yang mereka mau, tanpa adanya segala bentuk Pemerintahan yang dia anggap sebagai tiran.

Tidak seperti Penguin yang haus akan kekuasaan, Joker hanya ingin bersenang-senang. Gotham adalah “taman bermain” bagi Joker. Ia selalu menjadikan Batman sebagai “teman bermain.”

“Bakar saja kota yang korup itu!” lalu ia tertawa tanpa perasaan bersalah. Kekacauan hanyalah Jokes dari Joker yang menimbulkan kepanikan seluruh warga kota Gotham.

Yang menjadikan komik Batman terasa riil, begitu berbeda dari kebanyakan komik superhero ala Amerika adalah Batman bertindak sebagai seorang detektif yang memiliki kemampuan bertempur seperti seorang militer, ahli strategi perang. Kesan ini membuat Batman tidak terlalu berlebihan seperti halnya komik Superhero ala Amerika.

Batman bukanlah Superhero yang mendapatkan kekuatan super itu dari hasil percobaan laboratorium ataupun mutant. Batman bukanlah tokoh (hero)  yang berasal dari planet antah berantah. Batman adalah Bruce Wayne, seorang manusia biasa yang gelisah akan ketidak-beresan yang terjadi di kota Gotham. Responnya terhadap kejahatan tidak seperti kebanyakan orang yang mulai sinis bahkan apatis.

Kegelisahan itulah yang membuatnya menjadi Batman, penegak hukum yang “terpaksa” bekerja di luar jalur hukum. Seakan komik ini menjadi cermin akan kehidupan sosial dari berbagai jaman maupun berbagai generasi. Karena sejarah akan terus mengulang kembali peristiwa yang sudah pernah terjadi di setiap jaman.

Setiap orang akan selalu berada di suatu titik, dimana ia harus mengambil keputusan dari banyaknya pilihan yang ada. Yang namanya netral itu tidak ada. Bahkan netral itupun sebuah keputusan. Netral adalah sebuah sikap untuk tidak bersikap.

Komik Batman menceritakan dengan jujur bagaimana setiap orang akan selalu mengambil keputusan dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan:

Apakah kita akan bersikap sinis bahkan apatis seperti kebanyakan orang di kota Gotham atau… tetap bertindak adil, apapun yang terjadi. Seperti kedua tokoh Bruce Wayne dan Jim Gordon yang juga mengalami hal sama yaitu berbagai pengalaman pahit bahkan tragedi. Tapi kepahitan itu tidak membuat mereka menjadi jahat. Kepahitan itulah yang membuat mereka terus memperjuangkan hukum dan keadilan walaupun lingkungan itu begitu kotor, sama sekali tidak mendukung.

Atau… ya sudahlah, orang-orang sama buruknya. Lakukanlah apa yang kita mau. Tidak peduli tindakan itu akan mengganggu kepentingan orang lain, yang penting kita senang. Seperti halnya para penjahat (Penguin, Bane, Riddler, Scarecrow, Bane dan yang lainnya) yang saling sikut, berambisi mendapatkan kuasa agar mereka bisa balas dendam atas pengalaman pahit yang mereka alami.

Atau yang lebih ekstrim lagi, yaitu Joker yang menganggap hidup ini hanyalah sebuah permainan, tidak bermakna. Nihilism. Gotham yang keras membuat Joker mengalami gangguan jiwa sampai ia tidak merasa perlu berbuat baik, “Bakar saja kota itu!” Lalu Joker menertawakan kekacauan itu sebagai hiburan belaka.

 

Tags
  • Batman
  • Bruce Wayne
  • DC Comics
  • film
  • hobi
  • Joker
  • komik
  • Pilihan hidup
  • sketsa
  • Superhero
  • US Comics
Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *