Waktu berlalu begitu cepat. Rasanya baru kemarin aku masuk Sekolah Dasar, bermain bersama-sama, tertawa, berbagi mimpi dikala nanti kami menjadi dewasa. Memimpikan kehidupan yang cerah di masa depan. Kami sering berandai-andai, jika nanti dewasa kami akan begini lalu begitu. Ada yang bermimpi menjadi pilot, ada juga yang ingin menjadi astronot. Di waktu kecil aku ingin sekali menjadi pilot pesawat tempur, gara-gara menonton film Top Gun. Terbang dan bertempur di udara. SelainTop Gun, aku begitu tergila-gila dengan komik Dragon Ball. Selalu saja aku membayangkan bisa terbang bebas di udara lalu bertempur di langit yang biru dengan awan yang bergerak pelan. Kesan itu selalu terlihat gagah setiap aku membayangkannya di masa kecil.
Di masa kecil, kami sering membicarakan masa depan. Rasanya ingin sekali cepat-cepat dewasa. Orang dewasa terlihat begitu bebas. Mereka bisa melakukan apa yang mereka mau. Kami, anak-anak selalu disuruh tidur siang. Jam segini harus pulang, jam segini harus mandi. Semuanya diatur-atur, gak boleh begini, gak boleh begitu. Bolehnya begini lalu begitu, penuh dengan aturan. Di masa kecil, ingin sekali cepat dewasa. Bisa melakukan apapun yang kumau. Bisa keluar malam, bisa nginap di rumah teman.
10 tahun berlalu, 20 tahun berlalu.
Satu per satu temanku meninggal. Ada yang meninggal karena kecelakaan sewaktu kebut-kebutan di jalanan, ada yang meninggal karena overdosis. Salah satu temanku ada yang masuk penjara, ada juga yang di drop out lalu mencari uang menemani om-om di tempat karaoke. Terdengar kabar, dia sudah menjadi pelacur.
Salah satu temanku. menjalani kehidupan dengan baik-baik saja. Kuliah dengan tertib, nilai-nilainya pun baik, lalu ia hamil diluar nikah. Membuang mimpi, membuang harapan. Seorang bayi telah lahir di perutnya, dia sudah kehilangan muka untuk melanjutkan kuliah. Sayangnya, sang pria menolak untuk menikahinya. Hanya ingin berhubungan badan, lalu ia ditinggal.
Oh, ada apa ini? Kehidupan ini begitu rapuh. Begitu rapuh.
Aku menulis ini dengan menahan air mata. Teringat, bagaimana kami menghabiskan waktu bersama, tertawa bersama. Lalu satu per satu kehilangan arah. Aku kehilangan teman-temanku. Aku hanya bisa meratap melihat mereka membiarkan diri mereka ditelan oleh hawa nafsu mereka sendiri. Mereka lupa, hidup ini begitu berarti, begitu indah untuk layak diperjuangkan.
Mereka pikir bebas itu berarti bebas sebebas-bebasnya, sebagaimana yang dulu kubayangkan kehidupan bebas dimasa kecil. Kebebasan liar seperti itu bukanlah bebas yang sesungguhnya. Bebas seperti itu hanyalah kepalsuan. Ilusi yang memikat jiwa.
Rasanya baru kemarin aku memasuki bangku Sekolah Dasar, sekarang kami sudah berpencar kesana-kemari. Begitu cepat waktu itu berlalu. Seperti rumput yang sekarang begitu hijau, besok layu lalu terbang di bawa angin. Dulu aku begitu kecil, sekarang rambutku sudah mulai tumbuh uban. Kemana hari-hari ini berlalu?
Recent Comments
Hikss. hiksss. koq sedih yach bacanya :-(.
kok aku juga ikutan sedih bacanya, mulai kehilangan satu persatu,
turut berduka cita ya Kodel ….. sekarang kita senasib ” without a daddy ‘
Iya kak, sedih mengingat beberapa teman mengambil pilihan yang salah. Hanya karena ingin memuaskan nafsu sesaat, penyesalannya seumur hidup. Sekali salah, akan sulit sekali untuk memperbaikinya. Aku juga sedih menulis ini kak. Semoga yang membaca tidak lagi mengulang-ngulang kesalahan yang sama.
Leave a comment